
Dampak
dari lonjakan penduduk ini juga memiliki korelasi terhadap dunia pendidikan.
Tidak lebih dari setengah jumlah penduduk yang berpendidikan tinggi. Bahkan
sekitar 20% penduduk Indonesia masih buta aksara. Tidak hanya penduduk yang
buta aksara, penduduk yang berpendidikan hanya sebatas sekolah dasar juga
sedikit menyulut perhatian. Badan Pusat Statistik mencatat ada sekitar 60%
penduduk Indonesia hanya sampai sekolah dasar bahkan lebih rendah. Dengan data
tersebut, sudah bisa diinterpretasikan bahwa kualitas individu di Indonesia
masih sangat minim. Perbaikan kualitas manusia hanya bisa dilakukan melalui
pendidikan. Baik formal maupun nonformal. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan
dan pendudukan memang sangat berkaitan. Semakin baik pendidikan akan semakin
baik pula kualitas penduduk, atau dalam hal ini masyarakat Indonesia.
Permasalahan
mengenai kependudukan memang sangat kompleks dan luas. Tidak cukup satu atau
dua halaman jika mau mencakup segala aspek kependudukan. Mulai dari
Pengangguran, kemiskinan, tingkat kriminalitas, kepadatan penduduk yang tidak
merata, angka kesejahteraan penduduk dan masih banyak lagi. Oleh karena itu,
didalam tulisan ini, penulis hanya akan mengelaborasi beberapa permasalahan
kependudukan, yakni; kualitas pendidikan dengan penduduk (sumber daya manusia)
yang tidak berimbang, dampak pemahaman pendidikan terhadap keadaan ekonomi
penduduk dan solusi yang ditawarkan agar masalah yang timbul dapat teratasi.
Paling tidak, mengurangi permasalahan yang muncul.
Pendidikan
menentukan kualitas penduduk. Kepada harian Sumatra Ekspress, Kepala dinas
pendidikan Sumatra Selatan juga mengatakan “Kita sadari bersama, guru salah
satu penunjang serta tokoh ilmu yang harus mencerdaskan anak didiknya”. Dari penyataan
ini, beliau menegaskan bahwa pentingnya pendidikan dalam membantu pembangunan
Negara kearah yang lebih maju. Disisi lain, pendidikan yang ada saat ini belum
begitu seimbang antara lulusan SD dan Perguruan Tinggi sangat berbeda jauh. Dari
data yang coba ditemukan, indikator pendidikan satu tahun terakhir adalah
sebagai berikut:
Pendidikan dasar
92.42 | pendidikan SMP 70.81 | pendidikan SMA 51.68 |
Perguruan tinggi 13.54. (BPS 2012).
Perguruan tinggi 13.54. (BPS 2012).
Indikator Pendidikan = 7 : 5,3 : 3 : 1
Perbandingan ini sangat jauh antar kelasnya.
Penduduk yang tamat pada jenjang sekolah dasar sangat tinggi dan jauh dari
penduduk yang berpendidikan tinggi. Namun indikator ini tidak mutlak menentukan
suatu kualitas penduduk secara keseluruhan. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui rasio kualitas dengan pendidikan berdasarkan strata
(level). Hal ini juga bisa dijadikan landasan awal jika mau mengukur sejauh mana
pendidikan mempengaruhi kependudukan (masyarakat).
Selanjutnya
adalah sikap mindset masyarakat yang
terkadang salah pada saat menghadapi kesulitan. Banyak penduduk yang
berbondong-bondong pindah ke kota atau melakukan urbanisasi hanya karena
tergoda dengan segelintir uang yang dibawa temannya pulang kampung. Seakan
kehidupan dikota lebih enak dan lebih baik dibandingkan kehidupan didesa.
Terutama peran media yang terlalu mencitrakan kota sedemikian indahnya. Padahal
hidup dimana saja sebenarnya sama, tergantung potensi yang ada didalam
lingkungan tersebut. Memang untuk akses kemudahan informasi dan layanan
pemerintah terkadang lebih memprioritaskan penduduk yang berada di kota, namun
penduduk desa yang mapan dalam hal pendidikan, pasti memiliki konsep atau
gagasan agar desa yang dia tempati dapat berswasembada. Maka dari itu, kembali
lagi bahwa pendidikan juga sangat penting untuk meluruskan mindset atau paradigma masyarakat yang sudah jauh berbelok. Sarjana
dan cedikiawan-cendikiawan yang berasal dari desa hendaknya jangan melupakan
tempat dimana dia dilahirkan. Bangun desa agar lebih maju dan berkembang.
Setelah
membahas beberapa permasalahan yang timbul, beberapa solusi dapat di jadikan
masukan agar kendala yang timbul dapat teratasi. Pertama, memanfaatkan segenap
penduduk desa yang berpendidikan tinggi. Terutama yang memang berkapasitas
unggul dengan titel yang dia miliki. Menghimpun pada cendikiawan-cendikiawan
desa yang memiliki karakter negarawan, memiliki ketulusan dalam membangun, dan
ketika terkumpul maka pikirkan potensi desa dan bagaimana memaksimalkannya agar
dapat membantu perekonomian masyarakat desa. Terutama pemanfaatan penduduk usia
produktifnya. Hal ini membantu para penduduk untuk mengetahui sumber rejekinya
dan bahu-membahu menciptakan kondisi yang produktif dan positif agar desa
menjadi desa yang mandiri. Metode ini tentu membutuhkan para alumni yang
berkomitmen untuk negaranya. Bangun sebuah LSM yang memiliki satu frame berpikir yang sama tentang desa.
Setelah ini terbentuk, yang kedua adalah menanamkan pemahaman dan pola pikir
masyarakat agar lebih peka terhadap permasalahan kependudukan dan sebagainya.
Hal ini dapat membantu menekan angka pernikahan diusia muda dan jarak umur
antar anak juga dapat di sisipkan pemahamannya. Organisasi ini juga
mencerdaskan masyarakat dengan tidak langsung. Jika hal ini sudah
terlaksanakan, bukan tidak mungkin kita dapat mentransformasi suatu tatanan
masyarakat yang berkarakter (social budaya dan agama), peduli pendidikan, serta
keluarga ramah anak dan lingkungan. Jika sudah seperti ini, bukan tidak mungkin
Indonesia kembali menjadi macan asia. Memegang kunci peradaban dunia. Seperti
yang dikatakan bapak Kepala Lembaga Demokrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, bapak Sonny Harry B Harmadi “Kita
akan menjadi bangsa yang jauh lebih hebat jika mampu mengelola penduduk dengan
baik dan sungguh-sungguh.” Intinya adalah seberapa besar komitmen para pemimpin
bangsa ini dalam bersungguh-sungguh membangun bangsa, begitupun para generasi
penerus yang nantinya akan menggantikan mereka diatas sana.
Dengan berbagai gagasan dan ide diatas
dapat kita simpulkan bahwa, permasalahan kependudukan tidak lepas juga dari
permasalahan pendidikan. Sumber daya manusia yang banyak akan tetapi kurang
memiliki kemampuan dan kualitas hanya seperti buih di lautan. Oleh sebab itu
pola pikir yang saat ini berkembang dimasyarakat harus segera di tanggulangi
dan direkonstruksi kembali. Selanjutnya, solusi yang coba disajikan yakni
pemanfaatan para pemuda yang memiliki kapasitas yang baik dan berjiwa seorang
negarawan yang siap berkontribusi untuk Indonesia. []
Harry Utama Putra
Essay Kependudukan Bkkbn
0 komentar:
Posting Komentar